Gen Z di Indonesia kini melihat kecantikan tidak sekadar sebagai perawatan atau produk, tetapi sebagai bagian dari gaya hidup, komunitas serta pengalaman sosial. Istilah beauty sebagai pengalaman Gen Z Indonesia muncul makin sering dalam diskusi marketing dan retail karena para generasi muda ingin lebih dari sekadar beli krim — mereka ingin event, interaksi, komunitas dan cerita. Fokus keyphrase beauty sebagai pengalaman Gen Z Indonesia sengaja muncul di paragraf pembuka agar optimasi SEOnya terasa.
Latar Belakang Perubahan Sikap Gen Z terhadap Kecantikan
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan, citra diri, dan media sosial, generasi muda di Indonesia mulai memandang aspek kecantikan sebagai bagian integral dari identitas dan gaya hidup. Menurut laporan, mayoritas konsumen Indonesia kini memilih pengalaman ketimbang hanya transaksi. Jakarta Daily – Indonesia News Portal+2insights.id+2
Contohnya, perusahaan retail kecantikan seperti Sociolla mengadakan event interaktif seperti “K-Beauty Land” dan “Beauty Wonderland” yang menggabungkan workshop, instalasi foto, dan aktivitas komunitas — bukan hanya etalase produk. Jakarta Daily – Indonesia News Portal
Perubahan ini juga didorong oleh kekuatan media sosial, terutama platform seperti Instagram dan TikTok, yang membuat unsur estetika, pengalaman berbagi, dan komunitas menjadi sangat penting dalam keputusan konsumen. Jadi bukan hanya “apa produk terbaik”, tapi juga “apa pengalaman yang saya dapat dan bisa saya bagikan”.
Aspek Utama yang Membentuk Tren Beauty sebagai Pengalaman
Event dan Aktivasi Offline-Online
Generasi muda sekarang menginginkan toko kecantikan yang bukan sekadar rak dan kasir. Aktivasi seperti instalasi foto aesthetic, workshop skincare, kuis interaktif, dan komunitas offline menjadi bagian penting dari strategi retail. Sebagai contoh, Sociolla melakukan aktivasi yang mengundang pengunjung ke event interaktif. Jakarta Daily – Indonesia News Portal
Aktivasi ini juga menciptakan “konten” yang bisa dibagikan di media sosial, meningkatkan engagement brand dan membuat pengalaman belanja jadi momen sosial.
Penggabungan online-offline (omnichannel) menjadi sangat relevan: pembelian produk bisa dikombinasikan dengan aktivitas digital atau komunitas yang membuat brand lebih “hidup”.
Komunitas, Identitas dan Self-Expression
Beauty kini menjadi medium bagi Gen Z untuk mengekspresikan diri, membentuk identitas, dan berkumpul dengan orang yang punya minat serupa. Mereka tidak hanya tertarik “produk paling mewah”, tapi produk dan brand yang punya cerita, nilai, inklusivitas.
Laporan riset menyebut bahwa generasi muda semakin memilih konsumsi yang mendorong nilai (value-driven consumption) dan bukan sekadar fungsi produk. insights.id+1
Dalam konteks ini, “beauty sebagai pengalaman” artinya konsumen ingin terlibat — ikut workshop, berbagi tip, ikut komunitas, bukan hanya beli lalu selesai.
Kesadaran Kesehatan, Keberlanjutan dan Personalisation
Generasi muda Indonesia juga semakin sadar akan kesehatan kulit, bahan yang digunakan, dan dampak lingkungan dari produk kecantikan. Contohnya, riset menunjukkan tren gaya hidup sehat dan aktivitas kopi naik, sebagai bagian dari kesadaran wellness yang lebih luas. Jakpat Insight+1
Brand dan retailer yang menawarkan personalisasi (contoh: konsultasi kulit, layanan tailor-made, event khusus) serta komitmen keberlanjutan mendapat tempat di hati Gen Z. Ini semua bagian dari pengalaman yang lebih bermakna daripada sekadar membeli produk generik.
Dampak beauty sebagai pengalaman dan Implikasi untuk Industri Kecantikan serta Konsumen
Untuk Brand dan Retailer
Brand kecantikan harus mengadaptasi model mereka: bukan hanya tampil kuat di e-commerce, tetapi juga membangun beauty sebagai pengalaman pengalaman fisik yang memikat, event yang interaktif, komunitas yang loyal.
Retailer yang berhasil akan menjadi “platform pengalaman”, bukan sekadar toko. Mereka akan menyelenggarakan aktivitas offline + online yang terintegrasi, menyediakan ruang komunitas, dan memungkinkan consumernya merasa bagian dari sesuatu—bukan hanya pembeli.
Data riset menunjukkan bahwa konsumen Indonesia semakin selektif dan eksperimental dalam belanja. NIQ Jadi, brand tidak bisa hanya andalkan harga atau promosi besar, tetapi harus cerita yang kuat, pengalaman yang bagus, dan engagement yang berkelanjutan.
Untuk Konsumen (Gen Z dan Lainnya)
Bagi Gen Z, ini artinya memiliki pilihan yang lebih banyak dan pengalaman belanja yang lebih kaya—tapi juga berarti tekanan sosial baru: “harus ikut event”, “harus punya konten bagus”, “harus tampil estetis”.
Ketika beauty menjadi pengalaman sosial, nilai peer-influence dan media sosial meningkat: rekomendasi teman, trending di Instagram, event komunitas jadi faktor besar. Maka konsumen perlu lebih sadar memilih produk dan brand yang sesuai nilai mereka, bukan hanya ikut hype.
Tren ini juga membuka peluang bagi individu untuk belajar lebih banyak tentang skincare, kesehatan kulit, dan gaya hidup yang lebih holistik—bukan hanya kosmetik luar-belaka.
Untuk Industri dan Ekonomi Kreatif
Tren ini memicu tumbuhnya berbagai bisnis seperti event activation, influencer marketing, produksi konten kreatif, hingga retail fisik yang berkonsep “experience store”.
Indonesia, dengan populasi muda yang besar dan penetrasi internet yang tinggi, memiliki potensi sebagai salah satu hub di Asia Tenggara untuk strategi retail kecantikan berbasis pengalaman.
Selain itu, karena konsumen semakin mencari nilai dan keberlanjutan, brand yang mampu menggabungkan estetika, komunitas, dan tanggungjawab sosial akan punya keunggulan kompetitif.
Tantangan beauty sebagai pengalaman yang Harus Dihadapi
Fragmentasi dan Kecepatan Tren
Tren pengalaman berlangsung cepat dan bisa berubah. Gen Z bisa berpindah ke “experience” berbeda dalam hitungan bulan. Brand harus fleksibel dan cepat menyesuaikan.
Jika sebuah brand terlambat merespon, bisa terlihat “kuno” atau tidak relevan lagi. Maka pengembangan strategi pengalaman harus dilakukan secara berkelanjutan dan dinamis.
Biaya dan Skalabilitas Experience Retail
Membangun pengalaman fisik (event, workshop, instalasi) memerlukan investasi besar. Untuk brand lokal yang anggaran terbatas, ini bisa menjadi beban. Selain itu, bagaimana memastikan pengalaman tersebut dapat dikalikan (scalable) ke berbagai kota dan konsisten kualitasnya?
Brand harus pikirkan model yang efisien dan memanfaatkan digital untuk memperluas jangkauan pengalaman ke luar kota besar.
Risiko Greenwashing dan Hype Kosmetik
Karena konsumen semakin sadar akan kesehatan dan keberlanjutan, brand yang cuma “mengaku” tetapi praktiknya lemah bisa ditolak — ini risiko reputasi besar.
Jadi penting bahwa experience yang disampaikan benar-benar autentik, bukan sekadar gimmick pemasaran.
Strategi untuk Memanfaatkan Tren Beauty sebagai Pengalaman
Membangun Aktivasi yang Relevan dan Berkelanjutan
Brand dapat mulai dengan aktivasi kecil yang mampu membangun komunitas dan loyalitas — misalnya workshop gratis, popup store mingguan, kolaborasi dengan influencer lokal.
Pastikan pengalaman tersebut bisa didokumentasikan dan dibagikan konsumen sehingga menjadi konten.
Selain itu, pertahankan aktivitas berkelanjutan agar tidak hanya sekali lalu hilang.
Menyediakan Platform Komunitas
Brand bisa menyediakan ruang (offline/online) bagi pengguna untuk saling berbagi, belajar, dan menjadi ambassador. Komunitas yang aktif akan mendorong word-of-mouth dan memperkuat identitas brand.
Fitur seperti forum, grup Telegram/Discord, event rutin, membership dapat dipertimbangkan.
Personalisasi dan Teknologi
Gunakan data untuk memberikan layanan yang dipersonalisasi—misalnya konsultasi kulit digital, rekomendasi produk sesuai profil, event eksklusif untuk segmen tertentu.
Teknologi seperti AR (augmented reality) untuk mencoba makeup secara virtual, aplikasi skin-analysis, atau chatbot konsultan bisa meningkatkan pengalaman.
Integrasi Digital & Fisik
Pastikan pengalaman fisik di toko dan event terhubung dengan platform digital: sharing di media sosial, livestreaming event, affiliate program, dan penyimpanan data komunitas.
Dengan begitu, pengalaman tidak berhenti saat konsumen keluar dari toko — tetapi berlanjut dalam komunitas dan digital.
Penutup
Tren beauty sebagai pengalaman Gen Z Indonesia menggambarkan bagaimana kecantikan kini lebih dari sekadar produk — ia menjadi medium ekspresi diri, komunitas dan pengalaman sosial. Bagi brand, ini adalah tantangan sekaligus peluang besar untuk meredefinisi cara mereka berinteraksi dengan konsumen.
Jika dijalankan dengan tepat, strategi pengalaman bisa memperkuat loyalitas, menciptakan engagement, dan mengubah retail kecantikan menjadi aktivitas sosial yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Beauty bukan lagi hanya soal “siapa yang punya krim terbaik”, tetapi tentang “siapa yang mengalami, berbagi, dan menjadi bagian dari cerita”. Generasi muda Indonesia melihat kecantikan sebagai pengalaman — dan brand yang mampu menjawabnya akan berada di barisan depan. Fokus keyphrase beauty sebagai pengalaman Gen Z Indonesia mengingatkan kita bahwa ini adalah fenomena yang nyata dan terus berkembang.
Rekomendasi Praktis
-
Untuk brand & retailer: mulai pikirkan store atau event yang bukan hanya jual produk, tetapi juga bangun pengalaman & komunitas.
-
Untuk konsumen Gen Z: pilih pengalaman yang autentik dan berarti — bukan hanya ikut tren karena sosial media.
-
Untuk pengamat dan industri: amati bagaimana experience retail ini berkembang dan bagaimana faktor lokal (budaya, komunitas) memengaruhi tren global.
